Rabu, 04 Juni 2014

Politik dan Kentut

Oia, udah lama banget absen sama blog ini. Selama absen sembari ngumpulin bahan buat cerita di blog ini, karena saking banyaknya yang aku kumpulin malah lupa semua gara-gara ndak ditulis, cuma di inget-ingetin aja, emang kalo udah tua ya begini, memori otak mulai aus tergerus usia hahaha. Tapi aku punya cerita tentang masalah pemilu tahun ini. Hampir tiap orang sekarang ngomongin pemilu, baik yang pemilihan caleg sampe sekarang yang lagi beken adalah pemilihan presiden.

Waktu itu aku lagi nunggu kereta menuju Tangerang di stasiun Duri. Langit sudah gelap, aku liat jam di ponsel sudah menunjukan jam 8 malam, berarti masih harus nunggu hampir setengah jam lagi sampai kereta ke tangerang datang. Aku duduk di pinggiran rel bareng segerombolan bapak-bapak yang senasib denganku. Obrolan politik panas terdengar ketika baru aja bokongku nyentuh besi pijakan kereta, terdengar hampir seperti debat profesional di televisi. Di depanku, bapak berbaju merah, dengan membara menceritakan tentang kemuakannya terhadap para petinggi pemerintahan yang selalu saja hanya baik ketika pemilu, namun setelahnya mereka lupa siapa yang telah memelih hingga mereka bisa duduk di ruangan ber-AC.

"Liat aja di berita, pas pemilu aja, muka-muka para calon legeslatif pada nongol, di radio nama-nama mereka kedengaran, bahkan pohon yang ndak ikut pemilu aja jadi sasaran poster muka mereka, tapi sekarang pada dimana mereka?, hilang kan?" kata bapak berbaju merah tadi.
Hampir kompak ketiga bapak-bapak disampingnya mengangguk-angguk, menunjukan kesepahaman mereka.

"Ada yang keliatan ngelakonin janji mereka pas kampanye? kayaknya udah males-malesan di ruangan ber-AC, hehehe" lanjut bapak berbaju merah tadi.

"ya begitulah mereka, kita mah yang penting ngambil untung pas kampanye aja, omset sablonan saya dirumah kebanjiran order, sampe-sampe mesti lembur, tetangga saya juga sama, bikin poster sama stiker banyak banget, ya emang cuma saat rame pemilu, tapi ya Alhamdulillah... " bapak berbaju kuning yang duduk tepat di depan bapak yang berbaju merah itu mulai angkat bicara.

"Hmm.. terus buat calon presiden sekarang gimana? Prabowo-Hatta sama Jokowi-JK, cuma dua lho sekarang, mempersempit pilihan sepertinya. Oia, pak Asep masih rame donk sablonannya?" timpal bapak berbaju hitam yang duduk di samping bapak berbaju kuning yang ternyata bernama pak Asep.

"Alhamdulillah masih pak Roni, masih rame. Kalau masalah presiden sih, saya sendiri yang penting nanti siapapun yang jadi presidennya minumnya tetep teh botol huahahaaa" Sambut pak Asep di barengi tawa lepas ke empat bapak-bapak itu dan aku cuma senyum seringai mendengarnya.

"Yang penting presidennya nanti bertanggung jawab aja sama janji serapah yang mereka longlongin ketika kampanye, jangan inget rakyat pas kampanye doank!!!" lanjut pak Roni.

20 menit sudah mereka berbincang politik rakyat dan jujur aku sedih banget, mereka sangat memperhatikan dan peduli terhadap nasib bangsa dan rakyatnya, walau mereka kecewa sangat dengan kelakuan para petinggi pemerintahan yang sering melupakan rakyatnya dan banyak dari mereka yang melakukan tindak korupsi guna mengembalikan modal yang sudah mereka keluarkan selama ikut kampanye.

Dari obrolan bapak-bapak tadi, aku berfikir bahwa politik itu mirip seperti kentut, suaranya terdengar bersama, baunya pun di rasakan bersama, dan hanya sesaat, setelah itu hilang, dan tentunya kentut tidak terlihat hahahaha..